Rabu, 17 Agustus 2011

It's Like a Angel Came by and Took Me to Heaven

Tersadar aku telah singgah di era ini. Ketika beberapa mata najwa mencibir sikapku yang demikian apatis. Kuhalau bibir orang yang mendesis aroma kebencian untukmu. Bertalu-talu terus mencerca latar belakangmu yang kurang beruntung. Karena aku percaya jiwa malaikat masih melingkupimu. Karena sebenarnya Kamu tiada akan pernah tahu bagaimana aku mengagumimu. Karena aku juga tidak mengerti bagaimana ini terjadi. Aku bodoh, mengapa kubiarkan rasa ini semakin menjadi ? Padahal aku tahu itu percuma. Aku telah berulang kali mencoba melepas rasa ini. Tapi sungguh terlalu berat. Dan akhirnya rasa ini membuncah, meraung dalam setiap melody yang pernah mengalun ditelingaku.
Aku melihatmu tanpa arti disini. Semakin kutatap lekat-lekat pun semakin daku merindukanmu. Tapi apa daya, asa ku takkan sampai untuk sekedar menggenggam erat tanganmu. Jadi, biarkanku terlarut dan semakin hanyut dalam luapan khayalku. Karena hanya ini yang kubisa. Mengukir raut wajahmu secara abstrak dalam duniaku yang terlalu silu. Don’t force me to wake up. These imagine are too beautiful to leave. If I can born to be somebody I’ll never say never. Because you said that now I got the world in my hand,
I was born from two stars, So the moon’s where I land and I’m used to going out' my way to impress these Mr. Wrongs. But I can be myself with you. Cause You'll take me as I’m. You know they said believe in love and it's a dream that cant be real. So you said me again to show 'um how we feel.
Sesekali aku kecewa padamu, tapi selalu ada saja alasan yang membuatku tetap tertahan. Kira-kira 1/1000 peluang untukku berpaling darimu. Kamu tahu ? Segerombolan formula vektor, aturan Hund, Aufbau, standart deviation dan apalah itu yang berjubel di otakku, selalu saja ada celah untuk kamu.
Ya, sekalipun sedetik saja aku belum pernah atau bahkan tidak akan pernah menatap bias matamu. Tapi cukup dilayar tak nyata ini setiap harinya. Dan itu sudah membuatku senang. Sungguh aku tak dapat memungkiri realita yang benar adanya. Bahwa ¼ dari ruang hatiku telah kosong, akibat motif suka yang mengguratkan harapan untuk memilikimu. Tapi tidak !!! Selamanya Aku hanya ingin menyayangi orang-orang yang diberi-Nya cinta. Sayang, kamu satu dari mereka yang tersesat.
Fenomena pada cermin datar yang lebar dan jernih. Titik fokusnya membentuk bayangan Bioma pada retina mataku. Kamu tergambar sebagai intan yang diangung-agungkan. Superstar hebat lintas negara dan benua. Sementara aku hanya umbra yang dikelilingi panubra dari bayangan itu. Atau sebutir debu rapuh yang terdampar di ekosistem padang pasir. Dan Aku hanyalah rakyat jelata, yang hanya dikenal oleh segelintir orang saja. Kira-kira seperti itulah jembatan pembeda yang terbentang diantara kita. Itulah yang membuatku tanpa enggan mengacakan diri.
Lama-lama, aku kehabisan kata-kata untuk menguntai rasa ini dalam seberkas kertas buram saja. Please, Don’t make me be regret, You had let me be Belieber in your BIEBER FEVER.
One note: Here I love you, I wanna you to know “SOMEDAY”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar