Minggu, 11 Desember 2011

The Winner or The Best?

Today (20/11) is the last day for Axis DetEksi Competition 2k11. Some great names were born at the previous day. They are Medina Andini, The Winner of Teacher Competition that has chance fly to America. Also SMA Frateran’s student at OZ DetEksi Challenge and big three of Red-A DetEksi Model Competition were succeed to go to Aussie.
As we know, in the competition not all participant can out as the winner. But, not lost their call. Just luck that hasn’t choose them. Then, what will they say? Let’s check it out!
Beberapa nama besar telah dicetak dalam sejarah singkat Axis DetEksi Competition 2k11 yang berlangsung sepuluh hari itu. Namun begitulah alur sebuah laga, ada jawara yang terbit diantara yang tenggelam. Widia SMAN 2 Surabaya, mengaku sedikit kecewa. Harapannya untuk membawa label best school ke pundak sekolah tercinta pupus sudah. Walaupun begitu, ia tetap berjiwa besar mengakui kehebatan yang tengah direngkuh oleh SMAN 20, SMA Petra 2, dan SMA Petra 1 Surabaya. Menurutnya, nilai terhebat yang ia petik dari DetCon ini ialah bukan berapa banyak ballot yang dikumpulkan untuk mendukung madingnya, tetapi kebersamaan dan kekompakan selama menggarap mading.
Nama serupa dari SMAN 1 Kebomas Gresik juga tak kuasa menyembunyikan raut kecewanya. Sekolahnya tak sekalipun disebutkan. Padahal keikutsertaannya pada DetCon 2k11 ini ialah untuk mengulang gelar best school yang tahun lalu dikantongi sekolah yang terletak tidak jauh dari Surabaya itu. “Dari awal aku sudah pesimis menang. Mading tetangga bagus, keren. Pasti budgetnya besar,” ungkapnya. Selain kas ekstrakulikuler mading yang defisit, siswa yang sekarang duduk di kelas XI ini menilai ketidakmaksimalan karyanya (mading SMAN 1 Kebomas) karena waktu penggarapan yang demikian singkat. “Kami membuat mading ini kurang lebih satu bulan. Dengan mengerahkan seluruh anggota ekskul mading tentunya ditambah sebelas sukarelawan,” kenangnya. Mereka adalah pemahat styrofoam, ahli elektronika, dan seniman maupun seniwati ulung yang didapatkan dari berburu ke kelas X dan XI. “Acap kali ada murid yang piawai membuat kreasi, Pimredku langsung mendatangi kelasnya.” Widia mengklaim, tidak sedikitpun penyesalan tergurat dari benaknya telah mewakili sekolahnya mengikuti lomba tahunan ini. Justru ia bersyukur, karena wawasannya bertambah, yang tidak bisa ia dapatkan di bangku sekolah.
Komentar lain datang dari SMA Kemala Bhayangkari 3 Porong, Sidoarjo. Kepada kami, ketua ekstrakulikuler madingnya mengaku lebih memilih The Best ketimbang The Winner. “The Winner bercokol karena pilihan juri, pengunjung, atau polling sms. Sedangkan The Best, mutlak yang terbaik. Aku tetap merasa sekolahku yang terbaik kok, karena siswanya punya etos kerja yang baik, buktinya dengan tenaga yang amat terbatas kami bisa menyelesaikan mading sebesar ini walaupun dalam pekan UTS” tutur remaja 16 tahun ini.
MA Miftakhul Maarif Probolinggo lebih gigih lagi. Bertandang jauh-jauh dari pelosok Probolinggo, ke ibukota propinsi, untuk memamerkan mading 2D dan 3D, serta menyabet gelar 1st place yang menjadi langganannya di daerah asal sejak tahun 2004-2009. “Sekolah kami sudah tidak boleh ikut kompetisi mading Probolinggo lagi, bolehnya jadi panitia. Makanya kami menjemput gelar juara kemari,” tukas Sofyan, koordinator mading berukuran 1,5m x1.5mx2m itu. Sementara, 2 tipe mading ini didampingi oleh sebelas siswa yang menginap di Masjid Al-Ghuroba’, SSCC lantai lima sejak tanggal 8. Barulah tanggal 18, siswa putri datang untuk mengurangi tugas jaga mereka dari pukul 08.30 sampai 22.00 WIB. “Kami nggak ada biaya buat nge-kos. Makanya menginap di masjid, yang ijinnya ke Kepala security itu susah banget.,” curhat Sofyan lagi.
Mading yang dibuat dari bunga liar, kayu kering, kacang kedelai, ranting buah kelapa, dan pelepah pisang ini sampai di venue Axis DetEksi Competition ini dengan diangkut truk. Ketika itu, cuaca Surabaya sedang tidak bersahabat. Jadi, mereka terpaksa mem-print out ulang artikel yang basah, juga memperbaiki hiasan yang lepas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar