Semenjak SMA, kurasa apa yang kumiliki dalam Fisika bukan sesuatu yang pantas dibanggakan, atau justru diragukan. Besaran dan Satuan. Menjadi awal bagaimana aku mulai mengenal Fisika di jenjang ini. 75, nilai yang sangat memalukan untuk ukuran materi yang pernah kudapatkan 3 tahun lalu. Tapi itulah kenyataannya, Fisika telah menjatuhkan vonis pada ulangan pertamaku di sekolah ini. Apa aku terlalu bermain-main dengannya ?
Beranjak ke bab berikutnya, “Vektor”. Aku sangat was-was. Bagaimana tidak, sampai jatuh hari dilaksanakannya ulangan ia masih melayang-layang dibias mataku. Begitu kertas ulangan dibagikan, “ahhh” rasanya mata ini tak kuasa meliriknya bahkan hanya untuk sebelah mata saja. Namun, semangatku tak pernah patah meskipun Fisika telah beberapa kali memenggalnya. Kucorat-coret naskah soal dengan angka-angka, kuhitung sebisanya. Sungguh rumit memang, walaupun angka terakhir yang kugoreskan tidak termuat dalam option. Ya, akhirnya dengan ragu karena kekuatan telepatiku sangat rendah kupilih option yang selisihnya paling sedikit dengan hitunganku. Hatiku bilang “Kamu tak tau diri. Caramu belum tentu benar, masih juga kamu gunakan metode pendekatan.”
Tak ada pengharapan dari ulangan kedua ini. Dari 10 soal diberikan, 7 soal hitungan dan 5 diantaranya tak bisa kupastikan. Dalam Al-Qur’an, “Mintalah padaku maka Aku akan memberikannya.” Tapi aku juga malu memohon pada Tuhan, karena aku sendiri teramat genting ketika itu.
Pertemuan berikutnya, Fisika memoles kertas jawaban yang kukumpulkan seminggu lalu dengan tinta merah “83”. Aku lantas tercengang. Pembelajaran berharga hari ini mendorongku untuk berguru pada temannya temanku dikelas lain, namun ini baru terlaksana 30 menit menjelang UAS semester 1.
Ketika itu aku terasa meregang nyawa kembali. Vektor masih mengganjal di otakku. Sementara Ekonomi jauh merasuk membuka sineps-sineps, meninggalkan vektor yang masih diujung rambutku. HHHH
2 minggu rehat setidaknya lebih dari cukup untuk 6 bulan bejibaku dengan Fisika. 6 bulan berikutnya, masih dalam setahun, Fisika menyuguhkan Pemuaian dan Kalor. Kali ini, takkan kubiarkan Fisika membuatku galau. Akan kukuasai ia sebelum ia menguasaiku. Dan sebelum ia mendepakku dari posisiku sekarang.
Thanks, Fisika menorehkan sesuatu yang tak tanggung-tanggung pada pengujung tahun ajaran. Dia ikut mengantarkanku untuk satu tingkat diatas semester lalu.
Tahukah anda ?
Beberapa hari ini, tanpa sadar kulakukan hal yang sama. Hingga akhirnya ada yang bertanya, “nggak ada PR lain selain melototi buku itu?” Oh...tuhan ternyata aku telah menapaki 86 dari 179 soal Fisika.
Hingga pada suatu ketika, aku mengetikkan clue pada kolom pencarian di Jejaring Sosial Facebook “FISIKA” dan aku bergabung disana bersama 5400 lainnya. Darinya, sering kusalin beberapa pertanyaan dan ku post kan jawabannya secepatnya.
sssssttttt, Diam-diam Aku suka Fisika. Karena Fisika ada disekitar kita. Innersia mempertahanku untuk tetap bergerak atau tetap diam selama tidak ada aktivitas lain yang kukerjakan (Hukum Newton 1), maka begitu aku beraksi pasti ada yang bereaksi (Hukum Newton 3). Seperti halnnya pada Roller Coster, apa jadinya kalau ketika berotasi tidak dengan kecepatan tinggi ? tentu anda terpental bukan ? Maka dari itu bersyukurlah karena ada gaya sentripetal yang bekerja.
Nah itulah, betapa Fisika ada dalam sesuatu yang anda anggap tidak penting . Dan semuanya akan mudah jika sudah biasa. Be calm dowm, Fisika tidak akan membuat anda tersesat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar