We see that majority of madding in this venue are made from Styrofoam. Can you estimated, how many leaf Styrofoam that their used. Actually the creative hand can change this base material to be unique creation. But, it is also profit us if we use natural material. Like MA Miftakhul Maarif Probolinggo, Senior High School Barunawati Surabaya, Senior High School Ciputra Surabaya, and Senior High School 1 Bojonegoro.
Permintaan Styrofoam sebagai bahan baku mading melonjak hebat pasca dihelatnya Axis DetEksi-Con 2k11. Bayangkan saja, berapa lembar Styrofoam yang sukses terbeli oleh tokoh kompetisi yang masih menjadi anchor utama even paling bergengsi ini? Berapa banyak pula dari jumlah keseluruhan yang berakhir sebagai residu (barang sisa)? Sebenarnya, tentu bukan perkara mudah memahat bulir-bulir styrofoam ini menjadi aneka pajangan yang menyedot mata pengunjung. Tetapi, melalui sentuhan kanca muda Jawa Timur, “Nothing is Impossible”.
Tak banyak memang, punggawa SMP, SMA, atau sederajad yang mereplika madingnya dari bahan non-styrofoam Tetapi ada. MA Miftakhul Maarif Probolinggo contohnya. Tim mading yang terbiasa menyabet 1st Place di daerahnya sejak tahun 2004 – 2009 itu mendayagunakan bahan alami yang dipungut dari hutan. Bahkan untuk mencarinya, mereka sampai lari tunggang langgang dikejar anjing. “Wong ada yang mudah, lha kok cari yang susah,” kilah sang koordinator, Sofyan menirukan gaya bicara ibunya. Siswa kelas 2 ini sekaligus juga menampik dalih itu, “Kami bukannya mau cari sulit. Cuma ingin beda saja.”
Mading segiempat ini fondasinya dibuat dari triplek kemudian ditaburi pasir dan serbuk hijau hingga setebal 1 cm. “Biar terkesan seperti rumput,” celetuk Sofyan lagi. Sedangkan dindingnya dirancang dari kayu kering dan bunga liar yag membingkai butir-butir kacang kedelai. Ada juga miniatur kapal Pirates of Carribean dari pelepah pohon pisang yang saling direkatkan. Serta kayu yang dipotong-potong sedemikian rupa hingga dihasilkan bentuk gedung-gedung kecil yang Epic banget! “Kami hanya menggunakan 20% styrofoam untuk membuat si-Det,” ungkap Rudi.
Keunikan lain digagas oleh SMA Barunawati Surabaya. Madingnya yang dijaga oleh sepasang pocong usang ini dirilis dari bongkahan kayu yang menebar bau semerbak. Baru identitas alias nama besar sekolahnya dibuat dari huruf Styrofoam.Sementara untuk 3D, lebih banyak menggunakan pasir karena menggunakan konsep enam makam keramat, juga plastik kresek untuk keluarga jelangkung.
Tidak kurang inovatifnya dengan SMA Ciputra. Karya no 098 ini tidak tanggung-tanggung menggunakan perkakas pecah belah. Seperti piring, cangkir, dan teko yang ditata dalam ruang mini dari triplek itu. “Ini fungsinya untuk tempat artikel, ya semacam pigora gitu. Sebagai pengamannya supaya nggak kesentuh-sentuh, kami lapisi dengan plastik transparan,” jelas Emil, siswi yang kebetulan berjaga.
SMAN 1 Bojonegoro lebih brilian lagi. Tim ulungnya secuilpun tak memakai unsur styrofoam. Mading tiga dimensi ini dirupakan sebuah sumur lengkap dengan katrol yang berada dalam suatu bilik triplek.
Argumen juga datang dari Bapak Wisnu, "Untuk ajang mading mestinya mengarah pada green environment. Apalagi menggunakan bahan kimia seperti styrofoam. Bila perlu memanfaatkan sampah agar lebih inovatif."
Nah, begitu banyak langkah yang dapat mereka tempuh untuk memperkecil angka penggunaan Styrofoam bagi karya mereka. Lebih ramah lingkungan, dan lebih menghemat kocek juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar