Movie magic is about ghost like pocong, vampire, or enchanter like Gryffindor. That may be so. Then it is not wrong what Andri does. Student who studied at University 17 Agustus Surabaya has used his money to make some unique costume. It is special for DetEksi-Con 2k11. To collect his money, He wasn’t buy any food at university during a month ungrudgingly.
But, how about this? And then what do you think if in this world especially Convention Hall SSCC Pakuwon, robot was walking around us. May be you will look him strange without you know what he mean.
DetEksi-Con 2k11 sudah memasuki hari keempat sejak opening Jum’at 11 November lalu. Tahukah anda? Bahwa semakin hari, pengunjung kian terinterupsi oleh eforia konvensi anak muda terbesar di Indonesia ini. Bukan hanya cewek fashionable atau cowok melting yang bikin mata adem, bukan juga hantu penunggu mading yang berkampanye riuh. Tetapi sesosok kamen rider yang bertandang seorang diri. Andri, mahasiswa Universitas 17 Agustus Surabaya yang tengah menempuh pendidikan semester lima ini, rela merogoh kocek guna membuat beragam kostum spesial untuk DetCon 2k11. Mengapa harus beragam? Menurut penuturan Andri, ia bermaksud meluangkan waktu disela-sela jadwal kuliahnya untuk menghadiri even paling bergengsi ini setiap hari dengan kostum yang berlainan. “Kostum ini harganya Rp500.000,00. Kostum untuk besok, Apollo Geist harganya murah, cuma Rp150.000,00,” celotehnya. Kepada kami penggemar tokoh Harry dalam Serial Harry Potter dan Pirates of Carribean ini tidak mau mengenakan kostum idolanya. Ia tidak ingin disamai di Convention Hall ini.
Sesekali ia tersenyum manyun, menyesali betapa ia telah melewatkan DetCon sewaktu ia masih duduk di bangsku sekolah menengah. “Sekarang saya sudah nggak bisa jadi partisipan DetCon. Jadi cuma bisa ikut memeriahkan saja,” curhatnya. Walaupun ia hanya berkeliling-keliling tanpa bersua, usaha pemuda kelahiran Jogjakarta, 6 Februari 1990 yang berdomisili di Waru ini patut mendapat acungan sepuluh jempol bila perlu. Pasalnya puluhan pasang mata yang berlalu lalang di antara mading-mading sejatinya mencibir. Mereka meliuk-liukkan kelopak matanya dari atas kebawah, tetapi apa yang dilakukan Andri? Ia memandang balik orang-orang itu dengan tatapan mengacuhkan. “Biar mereka geram sendiri, mbak !” tandasnya setengah emosi.
Lain Andri, lain lagi William. Si kepala robot ini, datang kemari bersama teman-teman sejawatnya. What for? Mereka ingin memberi tepuk tangan terpanjang ketika Bapak Chopin Pranata dan Ibu Rutmiyati Liana, gurunya yang menjadi peserta Teacher Competition. LMFAO (nama kepala robot ini, red) permukaannya terbuat dari karton cokelat yang halus. Lalu diberi kesan seolah-olah bermulut dan bermata. Untuk mata, digunakan lampu yang harganya Rp50.000,00/buah. Sementara mulutnya, hanya berupa lubang segiempat berukuran 15cm x 10cm. Tunggu dulu ! Apabila dipakai, bagian mulut ini akan terpasang tepat di depan sepasang mata. Sehingga pemakainya dapat menangkap impuls cahaya di depannya.
Sebagai pelajar yang sedang dalam masa kritis, pelajar SMAK St. Hendrikus ini tanpa segan menilai tipe mading yang dipamerkan. “Untuk 2D dan scrapbook saya kasih nilai 8, 9 untuk 3D, dan 10 untuk mading gerak.”
Menariknya baik Andri maupun William mempunyai opini yang sama seputar DetCon, “Mengandung nilai kreativitas. Makanya perlu diadakan setiap tahun.”, harapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar