16 April 2011.
Menyambut libur panjang karena sang ambang batas sedang meregang, apa ? UNAS-lah. Belum sempat kami menghela nafas panjang, tiba-tiba....whuuuiiihhh papan tugas seketika menjadi penuh. Tak ubahnya rekening koran. Jangankan untuk mencatat tugas tersebut, sepertinya untuk sekedar melihat saja butuh kesiapan mental. Beberapa siswa mulai menggerombol tidak dengan buku catatannya tapi dengan kamera HP yang siap dimainkan. Biarlah mata kamera saja yang merekamnya.
Ceritanya, hari ini sepulang sekolah kita hendak mengunjungi Pameran Kompas Gramedia yang katanya diskon 70% itu. Naik mikrolet bareng Dita, Cicil, Novy, Wulan, dan Titin lumayan malu-malu’in. Nggak bisa gitu diam tanpa teriak-teriak rebutan Nakajima Yuto-lah, Chinen-lah, Ryu-lah. Bbehh !!!
Begitu turun dari mikrolet, tanpa pikir lama-lama kita langsung masuk ke lobi Gramedia Expo. Langsung deh, pencar ! Aku dan Cicil memilih buku intisari mata pelajaran, Wulan dan Titin membingungi komik yang tampaknya menarik, Dita dan Novy....entah mereka dimana ?
Akhirnya, kita semua nimbruk di depan stan kamus bahasa asing. Mereka sibuk membaca beberapa grammar bahasa Jepang. Tampak serius memang, karena Nihongo mulai mendunia. Dan mereka berniat membelinya. Tiba-tiba, kudapati wajah Novy memerah.
“kenapa, vy?” tanya Dita heran.
“Aku ingin beli yang ini, tapi cuma bawa duit 10rb,” jawabnya tanpa malu-malu.
“Emang, itu harganya berapa?” tanyaku lebih lanjut.
“20rb. Tadi sudah tak liat-liat. Dari sederetan buku bahasa jepang yang termurah ini. Nggak ada yang 5rb ta...biar aku bisa beli makan juga ?” harapnya ragu.
“Mana biar aku yang beli, ntar kita saling pinjam,” kata Cicil kemudian.
Novy terlihat lebih tenang usai Cicil melontarkan kata tersebut. Aku tak menyalahkan, memang susah orang berduit sekarang. Novy pun kesini, memenuhi buku pesanan ayahnya saja.
Hal yang membuatku cukup trenyuh adalah kita tak dapat diskon sepeserpun sebagaimana promo yang nampang pada Baliho dijalan-jalan. “pamerannya di lantai dasar, dek ! Disitu baru ada diskon yang gede-gede’an. Lha kalau disini nggak ada. Harganya normal.” mendengar penjelasan pramuniaga tadi, akupun merasa terkecoh. Nggak mungkin juga kalau bukunya ku hempaskan ditempat semula walaupun transaksi belum terjadi. Sebab, belum tentu kujumpai pula buku yang sama ditempat pameran.
Dengan langkah gontai, kami turun ke lobi. Muter-muter masuk ke stan demi stan. Tapi, nggak dapat apa-apa, tuh ! Kita lantas masuk ke stan makanan. Berniat membeli makan siang diwaktu sore begini. Lagi-lagi novy memilih untuk tak makan karena harga makanannya mahal. Iya, sich ! Dan Novy juga memilih beli Aqua ketimbang teh elite yang harganya super itu. Akhirnya kita semua makan. Dita yang bayar’in Novy. Kita makan ndloosor diteras lobi. Orang-orang yang melintasi lobi, menikam kami dengan pandangan aneh, ketika kami sedang lahap makan. Seperti gelandangan, sich. Daripada makan berdiri seperti binatang.
Aduhhhh, hari ini begitu melelahkan. Tapi senyum yang membahana itu selalu mengalun indah dalam benakku. Aku bisa tersenyum lepas, tertawa bebas, dan pengalaman mbolang ini menjadi pengawal dalam kisah hidupku. Terima Kasih, teman !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar