Misteri ini menorehkan banyak teka-teki, tentang siapa dia ? ada apa dengannya ? dan bagaimana ia melangsungkan hidupnya selama ini ?
Sungguh tak pernah aku berpikir kian jauh,hingga masalah ini penjadi sedemikian peliknya. Konsekwensi apalagi yang akan terjadi ? ahh...siapa gerangan yang mengetahuinya kecuali Sang Esa.
Kami dibawanya beranjak dari logika, berayun-ayun dalam kancahnya yang semuanya serba menggelitik ditengkuk. Kami tak pernah tau apa memang benar itu adanya, atau hanya fiktif dan rekaan belaka.
Seolah instingnya mendeteksi kegentingan disini,dengan mata yang selalu diliputi rasa curiga. Hingga hidup ini, setiap detinya terasa mencekam. Setiap sudut suatu ruam, setiap celah dalam sinar, dan setiap riuh yang tersampaikan terselip sepasang mata mata-mata.Ya, dia marah dan dia sakit hati. Apabila keberadaannya sebagai lawan bicara dalam kesunyian siapa saja yang merasa dirinya sendiri terusik.
Mungkinkah ini bagian dari sesuatu yang selama ini diketahui sebagai titisan ?
Aku teramat sadar, aku tak sepenuhnya berhak untuk mengolak-alik lintasan hidupnya. Kalaupun dia mendapati jalan yang keliru dan berlubang gelap, darimana pula kami membenahinya, menyalakan senter untuk membantunya keluar. Ataukah mungkin, senter yang kami bawa tak cukup terang dibanding kegelapan dimatanya. Kalau begitu hanya cahaya imannya lah yang dapat menuntunnya supaya tetap berpijak.
Terlepas dari itu, aku tak ingin tahu, tak mau tau, dan tak ingin berusaha untuk tahu rumor tentang teman khayalannya. Itulah kepercayaannya. Tak satupun boleh untuk ikut campur jika sudah menyangkut kepercayaan.
Aku sudah merasa cukup atas teman-teman yang dikirimkan Allah untukku. Agar menjadi kawan mainku. Aku ingin selamanya oranglain pun dapat menyaksikan bagaimana temanku itu merengkuhku dengan sebuah ikatan persahabatan yang nyata. Bukan sebuah ikrar yang terselubung, bukan pula sebuah korelasi yang tak tampak kasat mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar