Di periode yang serba online, semua Negara berkompetisi untuk mendapatkan kursi di class dunia. Ada banyak varian yang mereka luncukan untuk menarik mata-mata public. Such as: jejaring social Facebook. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?? Apa yang sudah diciptakan?? Akankah hanya sebagai pengguna saja?? Indonesia mungkin terlalu instan dalam menikmati fasilitas dunia, tanpa pernah berfikir bagaimana caranya untuk memperbarui fasilitas tersebut. Kita terlalu dini untuk melakukan perubahan, dan kita hanya sebagian kecil makhluk dunia yang mengharapkan sebuah pembaruan. Sebentar lagi kata bersejarah akan terucap kembali, dan Indonesia sudah terlalu tua. Belum cukup tua memang, bila dibanding dengan India. But, apakah kita harus menunggu sampai setua itu ?? Kita sebagai warga Indonesia wajib membawa Indonesia diakui dunia, bukan sebagai Negara terkorup, ladang pembajakan, dan juga bukan Negara dunia teroris. Kita pasti ingin suatu saat dapat menyaksikan Indonesia berlaga di World Cup, tetapi entah kapan “suatu saat” itu akan terjadi. Dan inilah moment yang tepat untuk melakukan pembenahan diri. Kita memang perlu menatap keatas, tetapi flashback demi membenahi kebobrokan bangsa juga sesekali perlu dilakukan. Potret pendidikan buram, sementara koruptor terpelihara dalam gedung DPR. Jakarta tak memendam kekayaan tetapi selalu menjadi kebanggaan, namun mengapa bumi Papua dengan mas dan intan-nya dijual kepada Negara yang sudah kaya?? Tak ada waktu lagi untuk bersenang-senang, sementara harta kita dikuras habis tanpa kita merasakan kenikmatannya. Masih bisakah kita tertawa, sementara Indonesia berkelit dalam imperialisme di tengah modernisasi?? Sudah saatnya kita bangkit. Sudah saatnya kita tak boleh tinggal diam dalam mengikuti roda pemeritahan yang kian tak beralur. Dan sudah saatnya kita memajukan Indonesia di kacah internsional.
Jika kita terus pasif, MAU DIBAWA KEMANA Negara Indonesia yang sebentar lagi bertambah usia kemerdekaannya ???

Tidak ada komentar:
Posting Komentar